PTALI

Pendahuluan

Pembangunan infrastruktur jalan merupakan salah satu kebutuhan utama dalam meningkatkan mobilitas masyarakat, mendukung kegiatan ekonomi, dan memperkuat konektivitas antarwilayah. Namun, di balik manfaat besar yang diberikan, aktivitas konstruksi jalan juga menimbulkan dampak terhadap lingkungan, khususnya pada kualitas udara dan tingkat getaran di sekitar lokasi proyek.

Gambar yang ditampilkan memperlihatkan aktivitas konstruksi dengan penggunaan alat berat berupa eskavator dan truk pengangkut material. Aktivitas ini, jika tidak dikendalikan dengan baik, dapat menimbulkan polusi udara dari debu dan emisi mesin serta getaran yang memengaruhi kenyamanan warga maupun bangunan sekitar. Oleh karena itu, integrasi teknologi deteksi udara dan getaran menjadi hal yang sangat penting dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

1. Dampak Konstruksi terhadap Lingkungan Sekitar

a. Polusi Udara

Kegiatan penggalian tanah dan pengangkutan material menggunakan kendaraan besar menghasilkan debu dan emisi gas buang. Menurut World Health Organization (WHO, 2022), partikel debu berukuran kecil (PM2.5 dan PM10) dapat masuk ke dalam sistem pernapasan manusia dan menimbulkan risiko penyakit paru-paru, jantung, bahkan kanker.

Beberapa sumber polusi udara dari konstruksi:

  1. Debu (particulate matter/PM): Terbawa angin saat tanah digali atau material ditumpahkan.
  2. Gas emisi kendaraan dan mesin: Mengandung karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2), dan hidrokarbon (HC).
  3. Polusi sekunder: Akibat reaksi kimia di udara, misalnya NOx yang bercampur dengan sinar matahari membentuk ozon troposfer.

b. Getaran Lingkungan

Selain udara, getaran dari mesin berat juga menjadi perhatian. Getaran yang berulang dan berkepanjangan dapat menyebabkan retakan pada dinding bangunan, mengganggu aktivitas warga, serta menimbulkan stres psikologis akibat ketidaknyamanan.

Menurut SNI 7571:2010 tentang “Batas Tingkat Getaran pada Bangunan”, getaran dari kegiatan konstruksi harus dikendalikan agar tidak melebihi ambang batas tertentu. Jika tidak, dampaknya bisa berupa kerusakan struktural pada rumah dan fasilitas umum di sekitar proyek.

2. Teknologi Pemantauan Kualitas Udara

Untuk meminimalkan dampak negatif, penggunaan teknologi deteksi kualitas udara menjadi langkah penting. Beberapa perangkat yang digunakan di lokasi konstruksi antara lain:

  1. Dust Monitoring System
    Alat ini dipasang di sekitar area konstruksi untuk mengukur konsentrasi debu (PM2.5 dan PM10). Data real-time yang dihasilkan memungkinkan kontraktor mengambil langkah cepat, seperti penyemprotan air.
  2. Gas Analyzer
    Alat ini mengukur kadar gas pencemar dari mesin kendaraan, seperti CO, NOx, dan SO2. Dengan demikian, kontraktor dapat memastikan emisi tidak melebihi standar baku mutu yang ditetapkan pemerintah.
  3. Air Quality Index (AQI) Sensor
    AQI memberikan gambaran umum tentang kualitas udara yang dirasakan masyarakat. Jika AQI menunjukkan kualitas udara tidak sehat, kontraktor dapat menyesuaikan intensitas pekerjaan.
  4. Contoh Implementasi: Beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, telah mulai menerapkan sensor udara berbasis Internet of Things (IoT) yang memberikan laporan kualitas udara secara real-time dan bisa diakses publik.

3. Teknologi Pemantauan Getaran

Selain udara, getaran juga dapat dipantau dengan Vibration Monitoring System. Alat ini biasanya menggunakan sensor akselerometer yang dipasang di tanah atau bangunan sekitar proyek. Fungsi utamanya adalah:

  • Mengukur amplitudo getaran: Untuk memastikan tidak melampaui ambang batas.
  • Merekam frekuensi getaran: Agar kontraktor dapat mengetahui jenis alat atau aktivitas yang paling berkontribusi.
  • Memberi peringatan dini: Jika getaran berpotensi menimbulkan kerusakan.

Referensi: Menurut penelitian oleh Zhou et al. (2020, Journal of Environmental Engineering), sistem pemantauan getaran berbasis sensor dapat mengurangi risiko kerusakan bangunan hingga 30% dibandingkan konstruksi tanpa pemantauan.

4. Penerapan dalam Konsep Lingkungan Berkelanjutan

Teknologi deteksi udara dan getaran selaras dengan konsep Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin:

  • SDG 3: Menjamin kehidupan sehat (melindungi masyarakat dari polusi udara).
  • SDG 9: Membangun infrastruktur berkelanjutan.
  • SDG 11: Mewujudkan kota dan permukiman yang berkelanjutan.
  • SDG 13: Penanganan perubahan iklim (melalui pengendalian emisi).

Dengan adanya pemantauan, pembangunan jalan tidak hanya memperhatikan aspek fungsionalitas, tetapi juga keberlanjutan lingkungan.

5. Strategi Mitigasi Lingkungan dalam Konstruksi

Selain teknologi deteksi, kontraktor juga dapat melakukan strategi mitigasi, antara lain:

  1. Mengurangi Debu:
    1. Menyiram jalan dan area galian secara berkala.
    1. Menutup truk pengangkut material dengan terpal.
    1. Membuat dinding penghalang debu sementara di sekitar proyek.
  2. Mengurangi Emisi Mesin:
    1. Melakukan perawatan rutin pada kendaraan dan alat berat.
    1. Menggunakan bahan bakar ramah lingkungan.
    1. Mengoptimalkan waktu operasi agar tidak berlebihan.
  3. Mengendalikan Getaran:
    1. Mengatur jam kerja agar tidak mengganggu warga di malam hari.
    1. Mengurangi intensitas penggunaan alat berat saat dekat dengan pemukiman.
    1. Menggunakan teknologi low-vibration equipment.
  4. Mengajak Partisipasi Masyarakat:
    1. Memberikan informasi jadwal kerja konstruksi.
    1. Membuka kanal pengaduan warga jika ada dampak lingkungan.

6. Studi Kasus Implementasi di Indonesia

  • Tol Layang Jakarta–Cikampek (Japek II Elevated): Pada proyek ini digunakan sistem penyiraman air otomatis untuk menekan debu, serta pemantauan getaran di sekitar jalur padat permukiman.
  • Proyek MRT Jakarta: Menggunakan vibration monitoring untuk memastikan pembangunan terowongan tidak merusak bangunan tua di sekitar jalur proyek.
  • Pembangunan IKN (Ibu Kota Nusantara): Pemerintah berencana menerapkan teknologi ramah lingkungan dengan sistem monitoring udara berbasis IoT untuk menjaga ekosistem hutan sekitar.

7. Tantangan dan Harapan ke Depan

Walaupun teknologi ini sangat bermanfaat, masih ada beberapa tantangan di lapangan:

  • Biaya tinggi: Perangkat sensor udara dan getaran relatif mahal.
  • Kurangnya regulasi ketat: Belum semua proyek diwajibkan menggunakan sistem pemantauan lingkungan.
  • Keterbatasan SDM: Diperlukan tenaga ahli untuk mengoperasikan dan menganalisis data dari alat deteksi.

Namun, dengan semakin tingginya kesadaran lingkungan dan adanya dorongan dari regulasi pemerintah, diharapkan teknologi ini bisa menjadi standar wajib dalam setiap proyek konstruksi besar di Indonesia.

8. Konstruksi Irigasi Jalan dan Dampaknya terhadap Lingkungan

Jika dilihat dari gambar, aktivitas penggalian tampak diarahkan untuk pembuatan saluran irigasi di sisi jalan. Saluran irigasi atau drainase jalan merupakan bagian vital dari infrastruktur karena berfungsi mengalirkan air hujan agar tidak tergenang di jalan maupun merusak struktur perkerasan.

a. Manfaat Saluran Irigasi Jalan

  1. Mengurangi Genangan Air: Tanpa saluran drainase, jalan mudah tergenang, licin, dan cepat rusak.
  2. Mencegah Banjir Lokal: Air hujan yang ditampung dialirkan ke sungai atau saluran induk sehingga tidak meluap ke pemukiman.
  3. Menjaga Kualitas Tanah: Irigasi membantu mengontrol kelembaban tanah di sekitar jalan agar tidak mudah longsor.
  4. Mendukung Pertanian: Pada beberapa lokasi pedesaan, saluran ini juga dapat berfungsi ganda untuk mengairi lahan pertanian.

b. Dampak terhadap Udara

Dalam proses pembangunan saluran irigasi, kegiatan penggalian tanah menggunakan eskavator menimbulkan debu. Material tanah yang kering, ketika terganggu alat berat atau tertiup angin, bisa memperburuk kualitas udara. Oleh karena itu, pemantauan kadar partikulat (PM2.5 dan PM10) tetap diperlukan.

c. Dampak terhadap Getaran

Getaran dari alat berat yang menggali tanah untuk saluran irigasi juga bisa berdampak pada bangunan atau rumah warga yang berdekatan dengan jalan. Dengan sensor getaran (vibration monitoring), kontraktor dapat memastikan pekerjaan tetap aman tanpa merusak fondasi bangunan sekitar.

d. Solusi Ramah Lingkungan dalam Konstruksi Irigasi

  1. Menggunakan Geotekstil: Untuk memperkuat dinding saluran dan mengurangi longsoran tanah.
  2. Vegetasi Penahan: Menanam rumput atau tanaman di tepi saluran untuk mengurangi erosi.
  3. Pengendalian Debu: Menyiram area galian secara rutin.
  4. Material Ramah Lingkungan: Menggunakan beton pracetak (seperti yang terlihat di gambar, tumpukan beton siap pasang) agar lebih efisien dan minim limbah.

9. Integrasi Sistem Irigasi dengan Teknologi Deteksi

Kegiatan pembuatan saluran irigasi dapat dioptimalkan dengan penggunaan teknologi monitoring:

  • Sensor Air (Water Level Sensor): Untuk memantau ketinggian air di saluran sehingga bisa mencegah banjir.
  • Sensor Getaran: Memastikan galian tidak menimbulkan kerusakan pada struktur jalan dan rumah warga.
  • Sensor Udara: Mengukur polusi debu selama proses pembangunan berlangsung.

Dengan demikian, proyek saluran irigasi tidak hanya sekadar membangun fisik, tetapi juga menjaga lingkungan sekitar.

10. Studi Kasus: Pembangunan Drainase Ramah Lingkungan di Indonesia

  • Kota Surabaya: Pemerintah kota menggunakan beton pracetak ramah lingkungan untuk pembangunan saluran drainase, sekaligus menanam pohon di tepi jalan sebagai penahan debu.
  • Kabupaten Sleman, Yogyakarta: Proyek drainase dilengkapi pemantauan kualitas udara dan penyiraman rutin tanah galian agar warga tidak terganggu debu.
  • DKI Jakarta: Pada proyek normalisasi sungai dan saluran, dipasang sensor untuk memantau tinggi muka air secara real-time yang bisa diakses publik.

11. Pelebaran Jalan dan Hubungannya dengan Lingkungan

Selain pembuatan irigasi, aktivitas pada gambar juga dapat dikaitkan dengan pekerjaan pelebaran jalan. Pelebaran jalan biasanya dilakukan untuk mengurangi kemacetan, meningkatkan kapasitas lalu lintas, serta memberikan ruang bagi pengguna jalan, baik kendaraan maupun pejalan kaki.

a. Manfaat Pelebaran Jalan

  1. Mengurangi Kemacetan: Jalan yang lebih lebar mampu menampung volume kendaraan lebih banyak.
  2. Meningkatkan Keselamatan: Tersedia ruang tambahan untuk bahu jalan atau trotoar yang aman bagi pejalan kaki.
  3. Meningkatkan Konektivitas: Akses antarwilayah menjadi lebih lancar, mendukung pertumbuhan ekonomi lokal.
  4. Menunjang Drainase: Pelebaran jalan sering disertai dengan pembangunan saluran irigasi baru agar sistem pembuangan air tetap terjaga.

b. Dampak terhadap Udara

Namun, pelebaran jalan juga berpotensi meningkatkan polusi udara, baik pada saat konstruksi maupun pasca selesai:

  • Saat konstruksi: Debu dari galian dan emisi mesin alat berat.
  • Setelah pelebaran: Volume kendaraan meningkat, sehingga polusi udara dari transportasi juga bertambah jika tidak ada pengendalian.
  • Karena itu, teknologi deteksi kualitas udara sangat penting, baik selama proses pembangunan maupun setelah jalan difungsikan.

c. Dampak terhadap Getaran

Penggunaan alat berat seperti eskavator, roller, dan truk pengangkut material menghasilkan getaran cukup besar. Hal ini perlu dipantau agar tidak merusak fondasi bangunan warga yang berada dekat dengan jalan.

Menurut Kementerian PUPR (2021), getaran maksimum yang diperbolehkan pada proyek jalan di kawasan padat penduduk harus di bawah ambang batas yang ditetapkan dalam SNI 7571:2010.

d. Strategi Ramah Lingkungan dalam Pelebaran Jalan

  1. Perencanaan Tata Ruang: Pelebaran jalan sebaiknya tidak merusak vegetasi penting atau area resapan air.
  2. Pengendalian Debu dan Emisi: Dengan penyiraman rutin dan pemeliharaan mesin konstruksi.
  3. Penggunaan Material Ramah Lingkungan: Seperti beton pracetak yang minim limbah (terlihat di gambar).
  4. Integrasi Ruang Hijau: Menyediakan jalur hijau atau pohon peneduh di tepi jalan setelah pelebaran selesai.

12. Integrasi Pembuatan Irigasi dan Pelebaran Jalan

Pembuatan irigasi yang terlihat pada gambar sebenarnya sering kali merupakan bagian dari paket pekerjaan pelebaran jalan. Saluran irigasi dibangun terlebih dahulu agar air hujan tidak menggenangi jalan yang baru dilebarkan. Dengan demikian:

  • Irigasi berfungsi sebagai pengaman jalan dari kerusakan akibat air.
  • Pelebaran jalan meningkatkan kapasitas lalu lintas, tetapi tetap memperhatikan tata kelola air.
  • Sensor udara dan getaran dipasang selama konstruksi untuk menjaga kenyamanan dan kesehatan lingkungan sekitar.

13. Studi Kasus Pelebaran Jalan di Indonesia

  • Jalan Tol Solo–Kertosono (2019): Proyek pelebaran jalan disertai pembangunan saluran drainase baru untuk mengurangi risiko banjir.
  • Pelebaran Jalan Margonda, Depok (2020): Menggunakan sistem monitoring getaran karena dekat dengan bangunan komersial dan permukiman.
  • Proyek Pelebaran Jalan Nasional Pantura: Mengintegrasikan pelebaran jalan dengan penataan drainase agar tidak terjadi genangan saat musim hujan.

Daftar Pustaka

  1. WHO. (2022). Air pollution and health. World Health Organization.
  2. Zhou, Y., et al. (2020). “Vibration Monitoring in Construction Projects.” Journal of Environmental Engineering.
  3. Kementerian PUPR. (2021). Pedoman Mitigasi Dampak Lingkungan Konstruksi Jalan.
  4. SNI 7571:2010. Batas Tingkat Getaran pada Bangunan. Badan Standardisasi Nasional.
  5. Jakarta MRT. (2020). Environmental Monitoring Report.

Safrin Heruwanto

By admin