PTALI

(Studi Kasus: Material Sisa Pembongkaran di Area Jalan Utama dan Jalan Tol)

Pendahuluan

Kegiatan konstruksi pada sektor jalan, baik jalan utama maupun jalan tol, memiliki peran vital dalam mendukung mobilitas masyarakat dan distribusi logistik. Jalan tol, yang menjadi jalur transportasi strategis, seringkali membutuhkan perbaikan dan pembongkaran beton rigid karena faktor usia, kerusakan struktural, maupun peningkatan kapasitas jalan.

Namun, aktivitas ini juga membawa dampak terhadap lingkungan, terutama kualitas udara. Debu dari pembongkaran beton dan ceceran material yang tidak terkelola dapat menurunkan kenyamanan pengguna jalan, pekerja proyek, maupun masyarakat sekitar. Foto yang ditampilkan menunjukkan tumpukan material beton hasil pembongkaran, sebuah gambaran nyata yang sering terjadi di proyek perbaikan jalan.

Untuk itu, pengelolaan kualitas udara menjadi hal penting agar pembangunan tetap berorientasi pada keberlanjutan.

Permasalahan Utama dalam Pekerjaan Pembongkaran Jalan Utama dan Jalan Tol

  1. Debu konstruksi yang berterbangan
    Aktivitas pembongkaran beton rigid menghasilkan debu dalam jumlah besar. Pada jalan tol yang memiliki arus lalu lintas padat dan cepat, debu ini dapat mengganggu jarak pandang pengendara, meningkatkan risiko kecelakaan.
  2. Ceceran material sisa beton
    Material sisa yang berserakan di badan jalan atau bahu jalan dapat mengganggu kelancaran lalu lintas. Selain itu, jika tidak segera dikumpulkan, material dapat pecah menjadi partikel halus yang menyumbang polusi udara.
  3. Gangguan kesehatan dan keselamatan
    Bagi pekerja, paparan debu meningkatkan risiko penyakit pernapasan. Sedangkan bagi pengguna jalan tol, ceceran material dapat menyebabkan ban pecah atau selip, menimbulkan potensi kecelakaan lalu lintas.
  4. Dampak lingkungan sekitar tol
    Meski jalan tol biasanya berada jauh dari pemukiman padat, namun area sekitarnya tetap rentan terdampak debu, terutama jika ada kawasan hijau, pertanian, atau pemukiman kecil di dekat trase tol.

Strategi Pengelolaan Kualitas Udara

1. Memasang Pagar Pembatas Area Kerja

Di jalan tol, pagar pembatas berfungsi ganda: sebagai penghalang debu dan pelindung keselamatan pengendara. Pagar harus dilengkapi rambu lalu lintas dan penerangan yang cukup agar pengendara dapat mengetahui adanya pekerjaan perbaikan.

2. Pembongkaran Rigid dengan Alat Berat

Penggunaan alat berat seperti breaker atau excavator pada jalan tol harus dilakukan dengan pengaturan waktu yang tepat, biasanya pada malam hari atau saat lalu lintas rendah. Hal ini untuk meminimalkan kemacetan sekaligus mengurangi gangguan debu ke pengendara.

3. Penyiraman Area Pembongkaran

Sama seperti di jalan utama, penyiraman area pembongkaran sangat penting untuk menekan debu. Pada jalan tol, penyiraman dilakukan lebih intensif, terutama saat lalu lintas padat, agar debu tidak mengganggu jarak pandang pengemudi.

4. Pengumpulan dan Pemindahan Sisa Material Beton

Material sisa pembongkaran harus segera dipindahkan ke sisi luar area tol agar tidak mengganggu lalu lintas. Jika memungkinkan, dibuat jalur khusus untuk pengangkutan material agar tidak bercampur dengan arus kendaraan tol.

5. Pengangkutan Material dengan Truk Berterpal

Pada proyek jalan tol, penggunaan truk dengan terpal penutup adalah kewajiban. Angin kencang di jalur tol dapat dengan mudah menerbangkan debu atau material kecil. Penutupan dengan terpal mencegah hal ini dan menjaga kenyamanan pengguna jalan.

6. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Pekerja di tol terpapar dua risiko sekaligus: debu konstruksi dan bahaya lalu lintas. Karena itu, selain masker, mereka harus menggunakan rompi reflektif berwarna terang, helm, sarung tangan, dan sepatu khusus. Hal ini penting agar pekerja terlihat jelas oleh pengendara.

7. Penghijauan di Sekitar Area Jalan Tol

Walaupun jalur tol seringkali sudah ditanami tanaman pereduksi polusi di median jalan atau bahu jalan, penanaman tambahan di area proyek juga diperlukan. Pohon dan semak berfungsi sebagai filter alami debu agar tidak menyebar jauh ke lingkungan sekitar tol.

Manfaat Pengelolaan Kualitas Udara di Jalan Tol

  • Bagi pengguna jalan tol:

Jarak pandang tetap jelas, mengurangi risiko kecelakaan.

  1. Tidak terganggu oleh debu yang berterbangan.
  2. Bagi pekerja proyek:
  3. Perlindungan maksimal terhadap paparan debu dan risiko kecelakaan lalu lintas.
  4. Lingkungan kerja lebih aman dan nyaman.
  5. Bagi masyarakat sekitar:
  6. Debu tidak menyebar hingga ke pemukiman atau lahan pertanian.
  7. Lingkungan tetap bersih dan sehat.
  8. Bagi penyelenggara jalan tol:
  9. Proyek perbaikan berjalan lancar tanpa menimbulkan komplain dari pengguna tol.
  10. Citra pengelola jalan tol meningkat karena dianggap peduli pada keselamatan dan lingkungan.

Studi Visual: Foto Material Sisa Beton

Foto yang ditampilkan memperlihatkan tumpukan material sisa beton rigid. Kondisi ini sering ditemukan baik di jalan utama maupun jalan tol. Jika dibiarkan, material dapat menghasilkan debu yang beterbangan ke jalur lalu lintas. Namun, jika langkah pengelolaan seperti penyiraman, pengumpulan, dan pengangkutan dengan truk berterpal diterapkan, kualitas udara tetap terjaga dan aktivitas lalu lintas tidak terganggu.

Kesimpulan

Pengelolaan kualitas udara pada pekerjaan pembongkaran dan pengecoran beton rigid di jalan utama maupun jalan tol merupakan aspek krusial yang tidak bisa diabaikan. Permasalahan utama berupa debu dan ceceran material sisa harus ditangani dengan langkah-langkah teknis yang terukur, seperti pemasangan pagar pembatas, penggunaan alat berat yang terjadwal, penyiraman area, serta pengangkutan material dengan truk berterpal.

Di jalan tol, aspek keselamatan lalu lintas juga menjadi prioritas. Oleh karena itu, pekerja harus dilengkapi APD lengkap, area kerja diberi rambu peringatan, dan jadwal pekerjaan disesuaikan dengan kondisi lalu lintas.

Dengan pengelolaan yang baik, kualitas udara dapat dijaga, kesehatan pekerja dan masyarakat terlindungi, serta keselamatan pengguna jalan tetap terjamin. Inilah wujud pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan: membangun tanpa merusak lingkungan.

Safrin Heruwanto

By admin