Kualitas Air Sungai Nangka: Layak Namun Perlu Perhatian terhadap Tingkat pH
Sungai Nangka merupakan salah satu sumber daya air penting yang menopang kehidupan masyarakat di sekitarnya. Sungai ini tidak hanya berfungsi sebagai sumber air untuk keperluan domestik, pertanian, dan industri, tetapi juga menjadi bagian dari ekosistem yang mendukung kehidupan flora dan fauna. Berdasarkan hasil analisis kualitas air terbaru, secara umum, air Sungai Nangka masih dapat dikategorikan layak digunakan untuk berbagai keperluan. Namun demikian, terdapat satu parameter penting yang perlu mendapatkan perhatian serius, yaitu tingkat keasaman air atau pH yang sangat rendah.
Kualitas Air Sungai Nangka: Hasil Analisis Terbaru
Kualitas air dinilai berdasarkan berbagai parameter fisik, kimia, dan biologi seperti suhu, pH, kadar oksigen terlarut (DO), kadar bahan organik (BOD dan COD), total padatan terlarut (TDS), dan keberadaan logam berat atau mikroorganisme berbahaya.
Hasil pengujian pada beberapa titik di aliran Sungai Nangka menunjukkan bahwa sebagian besar parameter masih berada dalam ambang batas yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang Baku Mutu Air. Ini berarti air Sungai Nangka secara umum masih tergolong layak digunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti mencuci, irigasi, bahkan untuk air baku dengan pengolahan lanjutan.
Namun, salah satu temuan yang mencolok adalah nilai pH air yang sangat rendah, menunjukkan tingkat keasaman yang tinggi. Dalam beberapa titik, pH tercatat berada di bawah 5, padahal standar mutu air untuk keperluan domestik dan pertanian idealnya berada di kisaran pH 6,5–8,5.
Mengapa Tingkat pH Rendah Menjadi Masalah?
pH yang sangat rendah mengindikasikan bahwa air bersifat asam, yang dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, antara lain:
- Korosi pada peralatan: Air yang terlalu asam dapat menyebabkan karat pada pipa dan instalasi air.
- Gangguan pada tanaman: Dalam irigasi, air asam dapat mengganggu penyerapan nutrisi oleh tanaman.
- Kerusakan ekosistem: Organisme akuatik, seperti ikan dan invertebrata air, sangat sensitif terhadap perubahan pH.
- Ancaman kesehatan manusia: pH ekstrem dapat merusak lapisan pelindung tubuh saat digunakan untuk mandi atau mencuci.
Penyebab pH Rendah di Sungai Nangka
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap rendahnya pH di Sungai Nangka antara lain:
- Pencemaran dari limbah domestik dan industri: Pembuangan limbah rumah tangga atau industri tanpa pengolahan dapat membawa senyawa asam.
- Limbah pertanian: Penggunaan pupuk dan pestisida yang mengandung unsur asam dapat tercuci ke sungai melalui limpasan air hujan.
- Aktivitas pertambangan atau galian C: Jika terdapat di sekitar daerah aliran sungai (DAS), dapat memperparah keasaman air melalui reaksi kimia dengan batuan.
- Berkurangnya vegetasi penyangga: Hilangnya tutupan vegetasi di sepanjang DAS menyebabkan penurunan daya netralisasi alami dari ekosistem sungai.
Pentingnya Pengelolaan dan Pengawasan Terpadu
Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas air Sungai Nangka, diperlukan langkah-langkah pengelolaan terpadu yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, pelaku industri, hingga lembaga lingkungan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain:
1. Restorasi Daerah Aliran Sungai (DAS)
Penghijauan kembali daerah bantaran sungai dengan vegetasi asli dapat membantu menurunkan pencemaran dan menstabilkan ekosistem.
2. Pemantauan Rutin dan Terbuka
Diperlukan sistem pemantauan kualitas air secara berkala, terbuka, dan berbasis data, agar setiap perubahan dapat segera ditindaklanjuti.
3. Penertiban Pembuangan Limbah
Pengawasan terhadap industri dan rumah tangga yang membuang limbah ke sungai perlu diperketat. Penerapan sanksi dan insentif bisa menjadi solusi.
4. Edukasi Masyarakat
Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga sungai harus terus ditingkatkan, termasuk cara mengelola sampah dan limbah rumah tangga.
5. Penggunaan Teknologi Pengolahan Air
Pada titik-titik kritis, dapat dipasang instalasi pengolahan air sederhana untuk menetralisir pH sebelum air mengalir lebih jauh.
Pandangan Para Ahli
Dr. Yuliana Rachmawati, pakar lingkungan dari Universitas Indonesia, menyatakan bahwa “pH yang rendah adalah indikator pencemaran asam yang bisa membahayakan ekosistem jangka panjang. Pengelolaan DAS dan kontrol limbah menjadi kunci.”
Sementara itu, menurut Ir. Dwi Herlambang, ahli teknik lingkungan dari ITB, “Diperlukan intervensi teknologi seperti pengolahan air berbasis kapur (lime treatment) untuk mengangkat nilai pH agar tidak berdampak ke infrastruktur maupun lingkungan.”
Dr. Andi Prasetya, dari Balai Penelitian Sungai dan Lingkungan, menambahkan bahwa, “Sungai adalah sistem kompleks. Intervensi tidak bisa dilakukan sepotong-sepotong, harus lintas sektor dan berkelanjutan.”
Kesimpulan
Secara keseluruhan, kualitas air Sungai Nangka masih tergolong layak digunakan untuk berbagai keperluan. Namun, tingkat pH yang sangat rendah menunjukkan adanya tantangan serius terhadap keberlanjutan dan keamanan pemanfaatan air sungai tersebut. Tanpa pengelolaan dan pengawasan yang tepat terhadap aktivitas di sepanjang daerah aliran sungai, risiko kerusakan lingkungan dan penurunan kualitas air akan meningkat.
Untuk itu, komitmen semua pihak diperlukan, baik dari sisi kebijakan, edukasi, maupun praktik nyata di lapangan. Sungai yang bersih, sehat, dan berfungsi optimal adalah warisan penting untuk generasi mendatang.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
- Jangan buang sampah ke sungai
- Gunakan deterjen ramah lingkungan
- Dukung program bersih sungai di lingkungan masing-masing