1. Yuyun Ismawati (Indonesia)

Penggerak sampah dan sanitasi berbasis komunitas
Yuyun Ismawati, insinyur lingkungan asal Indonesia, dikenal luas melalui pendekatan inovatifnya dalam pengelolaan sampah dan sanitasi masyarakat. Setelah menyadari bahwa sistem air bersih dan limbah di banyak kota kecil maupun desa tidak menjangkau masyarakat miskin, ia mendirikan BALIFOKUS Foundation, yang memfokuskan pada pengelolaan sampah dan sanitasi berbasis komunitas Wikipedia+1One Earth+1.
Inisiatif Yuyun dimulai melalui program lokal di Temesi, Bali, yang memadukan pelatihan pemilahan sampah, pengomposan, serta pengelolaan sanitasi. Warga yang sebelumnya membersihkan sampah guna memberi makan babi, kini dilatih menjadi pengelola sampah profesional, menghasilkan pengurangan timbulan hingga 70 %, dan memperbaiki ekonomi rakyat One Earth.
Program ini memperluas jangkauannya hingga ke ratusan lokasi dengan proyek SANIMAS (Sanitation by Communities), yang diadopsi sebagai kebijakan nasional. Yuyun memenangkan Goldman Environmental Prize pada 2009 sebagai penguatan pengaruhnya One Earth+1Wikipedia+1.
2. Aleta Baun (Indonesia)

Mama Aleta—Perlawanan perempuan Mollo terhadap pertambangan
Aleta Baun memimpin gerakan damai melawan tambang marmer yang mengancam hutan adat di Timor. Melalui aksi menenun sebagai bentuk protes (weaving protest), ia bersama ratusan perempuan Mollo duduk selama setahun penuh di lokasi tambang hingga akhirnya perusahaan menghentikan operasinya Wikipedia.
Walau diintimidasi, bahkan pernah menjadi target pembunuhan, momentum ini berhasil menjadikan wilayah hutan tersebut terlindungi. Setelah keberhasilan tersebut, ia mendirikan Mama Aleta Fund, memfasilitasi bantuan hukum dan keuangan bagi perempuan pedesaan yang memperjuangkan lingkungan mereka. Aleta meraih Goldman Environmental Prize 2013 atas keberhasilannya Wikipedia+1Tatler Asia+1.
3. Delima Silalahi (Indonesia)

Mengembalikan hutan adat dan hak komunitas Batak Toba
Delima Silalahi, direktur KSPPM (Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat), memimpin upaya perlindungan hutan adat di Sumatera Utara. Ia berhasil merebut kembali lebih dari 7.000–17.000 hektar hutan dari perusahaan pulp, melalui penguatan hak adat dan perlawanan terhadap Toba Pulp Lestari (TPL) serta keterkaitan dengan perusahaan global seperti Procter & Gamble Wikipedia.
Aksi ini mendorong pengakuan hutan adat oleh pemerintah dan memicu aksi langsung di luar negeri—kami menyebut kunjungan ke kantor P&G di Cincinnati untuk menekan perusahaan memutus hubungan dengan TPL. Atas dedikasinya, Delima dianugerahi Goldman Prize 2023 Wikipedia.
4. Rudi Putra (Indonesia)

Penjaga Leuser—Melawan kebun kelapa sawit ilegal untuk mempertahankan habitat
Rudi Putra adalah biolog yang memerangi deforestasi ilegal di Ekosistem Leuser, Aceh. Ia mempelopori penutupan 26 perkebunan sawit ilegal dan berhasil merekonstruksi habitat yang mengancam orangutan, gajah, harimau dan badak Sumatra Wikipedia+1Tatler Asia+1.
Rudi membangun pendekatan pemberdayaan masyarakat atas dasar pendidikan ekologis, advokasi hukum, dan kampanye online yang berhasil mengumpulkan lebih dari 1,4 juta tanda tangan untuk menolak pelepasan kawasan lindung. Ia meraih Goldman Prize 2014 atas perannya sebagai ecowarrior lokal Wikipedia.
5. Tri Mumpuni (Indonesia)

Bu Puni—Penyalur listrik mikrohidro untuk desa terpencil
Tri Mumpuni adalah peneliti dan sosial entrepreneur yang memfokuskan diri pada listrik tenaga mikrohidro di pedesaan Indonesia. Melalui organisasi IBEKA (Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan), ia membangun 61 pembangkit mikrohidro yang melayani lebih dari 65 desa di Indonesia dan satu desa di Filipina Wikipedia.
Atas inovasi dan dampak sosialnya, Tri menerima Ramon Magsaysay Award 2011, diakui sebagai salah satu pemimpin perubahan inspiratif di Asia Wikipedia.
6. Swietenia Puspa Lestari (Indonesia)
Menjaga laut dan pantai Kepulauan Seribu
Swietenia mendirikan Divers Clean Action, gerakan relawan muda yang memerangi sampah laut dan menyusun basis data limbah pantai pertama di Indonesia greenisthenewblack.com. Melalui program SOSIS, mereka menargetkan Kepulauan Seribu menjadi zona bebas sampah plastik.
Di tahun 2021, 27 aksi bersih pesisir melibatkan 500 relawan, mempengaruhi rancangan Rencana Aksi Penanganan Sampah Nasional 2025 untuk daerah tersebut greenisthenewblack.com.
7. Wangari Maathai (Kenya, global)

Perintis reforestasi dan hak perempuan global
Wangari Maathai (1940–2011), laureat Nobel Perdamaian 2004, mendirikan Green Belt Movement di Kenya, yang menanam jutaan pohon untuk memerangi deforestasi dan kemiskinan sambil memperkuat pemberdayaan perempuan britannica.com+4Wikipedia+4questquotient.net+4.
Gerakannya menghubungkan keadilan ekologis dengan demokrasi dan hak perempuan, menjadikannya simbol global dalam aktivisme lingkungan dan sosial washingtonpost.com.
8. Jane Goodall (Inggris/global)

Ikon kajian primata dan advokasi konservasi satwa liar
Jane Goodall dikenal sebagai primatolog pertama yang meneliti perilaku simpanse di habitat aslinya. Ia mendirikan Jane Goodall Institute dan global youth program Roots & Shoots untuk mendidik generasi muda tentang pentingnya alam dan satwa delitter.com+1greenliving.guru+1.
Karyanya membentuk pandangan global mengenai hubungan antara manusia dan satwa liar, serta mengangkat etika konservasi sebagai bagian dari identitas manusia greenliving.guru.
9. Vandana Shiva (India)

Pembela keanekaragaman hayati dan hak petani kecil
Vandana Shiva adalah aktivis fisika dan ekolog yang vokal menolak praktik pertanian industri, GMO, dan monopoli benih korporasi. Ia memimpin Navdanya, jaringan untuk melindungi benih tradisional dan sistem pangan lokal questquotient.net+1delitter.com+1.
Ia menjadikan ekologi sebagai soal keadilan sosial, menghubungkan konsumen, petani kecil, dan kebebasan pangan dalam satu gerakan global questquotient.netdelitter.com.
10. Elizabeth Wanjiru Wathuti (Kenya, global)

Pemimpin muda yang menggerakkan penanaman pohon dan pemberdayaan pemuda
Elizabeth Wanjiru Wathuti mendirikan Green Generation Initiative di Kenya, menggalang lebih dari 30.000 bibit pohon sambil mengajak kaum muda mencintai alam. Ia menjadi inspirasi bagi generasi yang peduli lingkungan global rescue.org.
11. Perempuan Penjaga Hutan Aceh (Indonesia)
Tim ranger perempuan menahan laju deforestasi dengan diplomasi sosial
Di Aceh, kelompok ranger perempuan di bawah naungan Forest, Nature and Environment Aceh Foundation berjaga di hutan-hutan lokal sejak 2020, melakukan patroli, mapping, pendidikan masyarakat, dan memberikan benih bagi petani pemotong pohon agar menanam kembali.
Pendekatan persuasif dan berbasis komunitas ini berhasil mengurangi deforestasi dan menjadi model bagi inisiatif sejenis di provinsi lain di Indonesia apnews.com.
Nilai dan Pelajaran dari Para Tokoh Ini
1. Pendekatan Berbasis Komunitas
Baik Yuyun, Aleta, Delima, Swietenia, maupun Yuyun, semua memulai dari akar rumput. Mereka memberdayakan komunitas lokal untuk memimpin perubahan, bukan sekadar menjadi objek bantuan.
2. Kekuatan Kaum Perempuan
Tokoh seperti Aleta, Delima, Yuyun, dan perempuan ranger Aceh menunjukkan bagaimana pemberdayaan perempuan membawa hasil dramatis dalam konservasi dan keadilan sosial.
3. Ekologi dan Keadilan Sosial Beriringan
Wangari Maathai dan Vandana Shiva menekankan bahwa lingkungan tidak bisa dipisahkan dari kesetaraan gender, hak adat, dan keberlanjutan ekonomi.
4. Inovasi dan Adaptasi Lokal
Tri Mumpuni menggabungkan teknologi tenaga mikrohidro dengan konteks geografis Indonesia; Yuyun mengubah pengelolaan sampah sederhana menjadi sistem komunitas berkelanjutan.
5. Pengaruh Global dari Usaha Lokal
Tokoh seperti Wangari, Berita Wathuti, hingga inisiatif Balifokus atau DCA menunjukkan bahwa dampak lokal bisa menjadi inspirasi global.
Kesimpulan
Inspirasi dari tokoh lingkungan ini menunjukkan betapa keberhasilan dalam konservasi alam mampu dicapai melalui perlawanan damai, pemberdayaan komunitas, dan penyelarasan ekologi dengan keadilan sosial. Dari perempuan Mollo membendung tambang hingga pemuda Kenya menanam pohon demi masa depan, nilai yang dapat kita tiru sangat kaya:
- Fokus pemberdayaan lokal
- Pendekatan inklusif dan damai
- Penggunaan teknologi tepat guna dan adaptif
- Keterkaitan antara lingkungan dan hak asasi manusia
Lebih penting lagi, mereka membuktikan bahwa siapapun di lokasi manapun bisa menjadi agen perubahan—baik membangun program sanitasi, menjaga hutan, mengelola desa terpencil, atau menginspirasi dunia melalui aksi global.
Daftar Tokoh & Penghargaan
No | Tokoh | Inisiatif / Lokasi | Penghargaan / Pencapaian |
1 | Yuyun Ismawati | Waste management komunitas, Bali & nasional | Goldman Prize 2009 |
2 | Aleta Baun | Weaving protest untuk hutan adat Timor | Goldman Prize 2013 |
3 | Delima Silalahi | Pembela hak hutan adat Batak Toba | Goldman Prize 2023 |
4 | Rudi Putra | Penutupan kebun sawit ilegal Leuser, Aceh | Goldman Prize 2014 |
5 | Tri Mumpuni | Microhydropower untuk desa terpencil | Ramon Magsaysay Award 2011 |
6 | Swietenia P. Lestari | Gerakan penyelamatan laut Kepulauan Seribu | Pengaruh kebijakan nasional 2025 |
7 | Wangarĩ Maathai | Green Belt Movement, Kenya | Nobel Perdamaian 2004 |
8 | Jane Goodall | Studi simpanse & pendidikan global | Institut Roots & Shoots, konservasi jaringan |
9 | Vandana Shiva | Navdanya & keadilan pangan India | Gerakan agroekologi global |
10 | Elizabeth Wathuti | Gerakan penanaman pohon pemuda Kenya | Pengaruh komunitas pemuda global |
11 | Perempuan Ranger Aceh | Patroli hutan damai dan edukasi masyarakat | Model nasional konservasi perempuan |