PTALI

Menjalin Harmoni Bumi dan Manusia: Hubungan Lingkungan dengan Komunikasi Internasional

Pendahuluan

Di tengah krisis iklim, bencana ekologis, dan tekanan urbanisasi, muncul kesadaran baru bahwa lingkungan hidup dan komunikasi internasional bukanlah dua bidang yang terpisah. Keduanya saling mendukung dan memperkuat. Lingkungan memerlukan suara untuk diperjuangkan, sementara komunikasi menjadi jembatan untuk membangun kesadaran, memobilisasi aksi, dan mempertemukan kepentingan global demi bumi yang lestari.

Dalam konteks globalisasi dan revolusi digital, komunikasi internasional berperan vital dalam menyampaikan pesan-pesan lingkungan lintas batas negara. Hari Komunikasi Internasional yang diperingati setiap 17 Mei oleh International Telecommunication Union (ITU) menjadi momentum reflektif untuk melihat bagaimana komunikasi telah menjadi alat penting dalam merawat dan menyelamatkan lingkungan hidup.

Komunikasi sebagai Pilar Perubahan Lingkungan

1. Membangun Kesadaran Global

Perubahan iklim bukan isu lokal—ini adalah tantangan global. Namun, banyak masyarakat dunia yang masih minim informasi atau tidak memahami dampaknya secara langsung. Di sinilah komunikasi memainkan peran penting sebagai penyebar informasi ilmiah yang bisa dimengerti semua kalangan.

Contoh:

  • Laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) yang dipublikasikan secara terbuka dan disebarluaskan oleh media internasional membantu membentuk opini publik tentang darurat iklim.
  • Dokumenter seperti Before the Flood (Leonardo DiCaprio) atau Our Planet (David Attenborough) menjadi alat edukasi visual yang kuat dalam menumbuhkan empati ekologis. Sumber: 

IPCC. “Climate Change 2023: Synthesis Report.” https://www.ipcc.ch

National Geographic. “Our Planet Series.” https://www.nationalgeographic.com

2. Menghubungkan Komunitas Lingkungan Lintas Negara

Isu lingkungan bersifat lintas batas: kabut asap dari kebakaran hutan, limbah laut, migrasi satwa, atau perubahan iklim berdampak secara global. Komunikasi internasional memungkinkan kerja sama komunitas dari berbagai negara dalam:

  • Kampanye bersama (misalnya Earth Hour, Fridays for Future)
  • Forum diplomatik seperti COP (Conference of the Parties) yang mempertemukan pemimpin dunia untuk membahas kebijakan iklim
  • Platform berbagi data seperti UNEP atau World Resources Institute

 Sumber:

UNFCCC. “Conference of the Parties (COP).” https://unfccc.int

WRI. “Global Forest Watch.” https://www.globalforestwatch.org

3. Komunikasi Krisis dalam Penanggulangan Bencana Lingkungan

Komunikasi sangat penting dalam sistem peringatan dini bencana seperti gempa bumi, tsunami, banjir, atau kebakaran hutan. Melalui sistem telekomunikasi modern, masyarakat dapat diberikan informasi cepat untuk menghindari korban jiwa.

Contoh:

  • Indonesia melalui BMKG dan BNPB mengembangkan aplikasi, SMS darurat, dan saluran radio untuk menyampaikan informasi bencana kepada masyarakat.
  • Badan internasional seperti Global Disaster Alert and Coordination System (GDACS) mengkoordinasikan data dan informasi secara real-time ke seluruh dunia.

Sumber:

GDACS. “Real-Time Alerts.” https://www.gdacs.org

BNPB Indonesia. https://www.bnpb.go.id

Media dan Lingkungan: Kekuatan Narasi untuk Perubahan

Media global memiliki pengaruh besar dalam membingkai isu lingkungan. Bagaimana peristiwa lingkungan dilaporkan dapat menentukan apakah publik peduli, menekan kebijakan, atau bahkan menimbulkan aksi sosial.

1. Media Arus Utama

Media seperti BBC, CNN, Al Jazeera, dan The Guardian kini memiliki kanal khusus lingkungan. Mereka tidak hanya menyajikan berita, tapi juga analisis mendalam, visual interaktif, dan laporan investigatif tentang kerusakan alam atau krisis air.

2. Jurnalisme Lingkungan

Di Indonesia, media seperti Mongabay, Betahita, dan Tempo Ekspedisi Tanah Api menyajikan jurnalisme lingkungan berkualitas tinggi. Ini membentuk opini publik, menggugat praktik korporasi, dan mendesak transparansi dari pemerintah.

Sumber:

Mongabay Indonesia. https://www.mongabay.co.id

Tempo Investigasi. “Ekspedisi Tanah Api.” https://majalah.tempo.co

3. Media Sosial dan Aktivisme Digital

Gerakan lingkungan kini juga marak di media sosial. Kampanye seperti:

#SaveTheEarth

#NoMorePlastic

#HutanKitaSultan

#ClimateStrike

…mendorong anak muda dari berbagai negara untuk bergabung dan beraksi, dari menanam pohon hingga memboikot produk merusak lingkungan.Sumber:

Fridays for Future Global. https://fridaysforfuture.org

Komunikasi dan Diplomasi Iklim Internasional

Negosiasi iklim global sangat bergantung pada komunikasi lintas budaya, bahasa, dan kepentingan. Dalam forum seperti COP, kejelasan, empati, dan diplomasi menjadi kunci keberhasilan.

Misalnya:

  • Paris Agreement (2015) hanya tercapai berkat diplomasi intensif selama bertahun-tahun.
  • Komunikasi efektif mencegah kesalahpahaman dan menyelaraskan ambisi nasional dengan kepentingan global.

Sumber:

UNFCCC. “The Paris Agreement.” https://unfccc.int

Inovasi Digital dan Komunikasi Lingkungan

1. Internet of Things (IoT) untuk Pemantauan Lingkungan

IoT memungkinkan sensor dipasang di sungai, hutan, atau atmosfer untuk memantau polusi, kebisingan, hingga pergerakan satwa. Data ini dikirim secara real-time dan dapat diakses secara global melalui dashboard digital.

Contoh:

  • WWF menggunakan IoT untuk memantau populasi satwa liar.
  • Smart city menggunakan sensor untuk mengatur kualitas udara.

2. AI dan Big Data untuk Prediksi Lingkungan

AI digunakan untuk memproses data iklim, memprediksi kebakaran hutan, atau menganalisis deforestasi. Komunikasi berbasis data menjadi lebih akurat dan terarah.

Sumber:

World Economic Forum. “AI for Earth.” https://www.weforum.org

Tantangan: Hoaks, Greenwashing, dan Polusi Informasi

Sayangnya, komunikasi juga bisa menjadi senjata ganda. Isu lingkungan sering dipolitisasi atau disesatkan melalui:

  • Hoaks lingkungan: seperti klaim palsu bahwa perubahan iklim hanyalah konspirasi.
  • Greenwashing: perusahaan pura-pura ramah lingkungan lewat iklan, padahal justru merusak alam.
  • Overload informasi: terlalu banyak data tanpa kejelasan membuat publik bingung dan apatis.

Solusi:

– Literasi media dan literasi digital lingkungan

– Kode etik jurnalisme lingkungan

– Verifikasi fakta sebelum berbagi konten

Sumber:

UNEP. “Countering Greenwashing.” https://www.unep.org

Studi Kasus: Indonesia

Indonesia adalah negara kaya biodiversitas, tapi juga menghadapi krisis lingkungan seperti:

– Deforestasi di Kalimantan dan Papua

– Pencemaran plastik di laut

– Kebakaran hutan dan kabut asap lintas negara

– Melalui komunikasi yang efektif, berbagai kampanye telah lahir:

  1. #PantauHutan oleh Auriga dan Greenpeace
  2. WALHI menyuarakan isu lokal ke tingkat global
  3. Siberkreasi dan Kominfo mengedukasi publik tentang hoaks lingkungan

Sumber:

WALHI Indonesia. https://www.walhi.or.id

Auriga Nusantara. https://auriga.or.id

Peran Buku dan Literasi dalam Komunikasi Lingkungan

Literatur juga menjadi alat penting dalam membangun kesadaran lingkungan. Buku-buku seperti:

  • Silent Spring – Rachel Carson
  • This Changes Everything – Naomi Klein
  • Tanah Air yang Hilang – Eko Cahyono
  • Ecology – Otto Soemarwoto

…telah membuka mata dunia tentang dampak manusia terhadap lingkungan.

Sumber:

Perpustakaan Nasional RI

Goodreads dan WorldCat.org untuk literatur lingkungan

Penutup: Komunikasi Hijau untuk Masa Depan Bumi

Dalam era digital ini, komunikasi bukan hanya alat penyampai pesan, melainkan kekuatan penggerak perubahan sosial dan lingkungan. Di tengah darurat iklim global, kita memerlukan komunikasi yang transparan, edukatif, kolaboratif, dan bermoral—yang mampu membangkitkan kesadaran, menyalakan aksi, dan menyatukan suara dunia demi menyelamatkan bumi.

Hari Komunikasi Internasional menjadi pengingat bahwa di balik setiap informasi, ada tanggung jawab. Di balik setiap pesan, ada masa depan yang sedang dipertaruhkan.

Komunikasi yang baik bisa menyelamatkan dunia. Tapi komunikasi yang abai bisa ikut menghancurkannya.

Daftar Referensi

  1. International Telecommunication Union (ITU). https://www.itu.int
  2. IPCC. “Synthesis Report 2023.” https://www.ipcc.ch
  3. United Nations Environment Programme (UNEP). https://www.unep.org
  4. UNFCCC. “The Paris Agreement.” https://unfccc.int
  5. Mongabay Indonesia. https://www.mongabay.co.id
  6. World Economic Forum. “AI for Earth.” https://www.weforum.org
  7. WALHI. https://www.walhi.or.id
  8. WWF Global. https://www.worldwildlife.org
  9. World Bank. “Digital Development.” https://www.worldbank.org
Safrin Heruwanto

By admin