Pendahuluan
Setiap tanggal 30 Oktober, Indonesia memperingati Hari Keuangan Nasional atau yang juga dikenal sebagai Hari Oeang Republik Indonesia. Kompas Nasional Peringatan ini bukan sekadar simbol administratif, tetapi mengandung pesan penting mengenai kedaulatan moneter, tata kelola keuangan yang baik, dan tanggung jawab negara dalam mengelola sumber daya. Di sisi lain, tantangan lingkungan hidup — seperti perubahan iklim, kerusakan ekosistem, dan penurunan keanekaragaman hayati — semakin mendesak untuk ditangani. Artikel ini mengajak pembaca mengeksplorasi bagaimana aspek keuangan dan lingkungan saling berkaitan, mengapa Hari Keuangan Nasional relevan dalam konteks keberlanjutan lingkungan, dan apa implikasi strategis bagi masyarakat, pemerintah, dan sektor keuangan.
Sejarah Singkat Hari Keuangan Nasional
Latar belakang Hari Keuangan Nasional bermula dari penerbitan mata uang Indonesia yang pertama kali, yaitu Oeang Republik Indonesia (ORI) pada tanggal 30 Oktober 1946, sebagai simbol kedaulatan moneter pasca-proklamasi. Kompas Nasional Pemerintah melalui kementerian keuangan menegaskan bahwa uang nasional bukan hanya alat tukar ekonomi, tetapi juga lambang identitas dan kemerdekaan bangsa. Peringatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran publik bahwa pengelolaan keuangan – baik nasional maupun individu – harus dilakukan secara bertanggung-jawab untuk kesejahteraan bersama.
Mengapa Keuangan dan Lingkungan Berkaitan?
Pada pandangan pertama, keuangan dan lingkungan mungkin tampak dua ranah yang berbeda: satu soal angka, anggaran, kebijakan fiskal/moneter; yang lain soal alam, ekosistem, dan konservasi. Namun kenyataannya keduanya sangat terkait — pengelolaan keuangan yang baik dapat mendukung pelestarian lingkungan, dan praktik lingkungan yang buruk bisa menimbulkan beban keuangan besar. Beberapa alasan penting:
- Biaya kerusakan lingkungan dan imbalan ekonomi
Ketika ekosistem rusak — misalnya deforestasi, degradasi tanah, polusi air/udara — maka produktivitas ekonomi, kesehatan masyarakat, dan stabilitas keuangan publik bisa terpengaruh. Investasi keuangan yang tidak mempertimbangkan dampak lingkungan akan berisiko tinggi. Studi di Indonesia menunjukkan bahwa kinerja lingkungan yang baik berkorelasi positif dengan kinerja keuangan perusahaan. jurnal.stiebankbpdjateng.ac.id - Investasi hijau dan pembiayaan berkelanjutan
Dalam beberapa tahun terakhir, muncul instrumen keuangan seperti green bonds (obligasi hijau), pembiayaan proyek ramah lingkungan, dan investasi berdampak (impact investing). Instrumen keuangan ini menghubungkan modal dengan tujuan lingkungan, menunjukkan bahwa pengelolaan uang bisa diarahkan untuk kelestarian alam. - Risiko keuangan dari perubahan iklim
Perubahan iklim dan degradasi lingkungan membawa potensi risiko finansial — seperti kerugian aset, gangguan rantai pasok, penurunan nilai investasi, dan kewajiban litigasi. Sebagai contoh, sistem keuangan global mulai mempertimbangkan risiko transisi menuju ekonomi rendah karbon dan pengungkapan lingkungan (ESG). Artikel dari arXiv menampilkan bagaimana jaringan keuangan saling berkaitan dengan arus lingkungan. arXiv - Pengelolaan fiskal dan subsidi yang ramah lingkungan
Negara yang mengelola keuangannya dengan baik juga akan memilih alokasi anggaran dan subsidi yang mempromosikan keberlanjutan — misalnya mengalihkan subsidi bahan bakar fosil ke energi terbarukan, atau menyusun pajak/insentif untuk investasi hijau.
Keterkaitan dalam Konteks Indonesia
Dalam konteks Indonesia, beberapa poin spesifik muncul yang memperkuat relevansi hubungan antara keuangan dan lingkungan:
- Kedaulatan moneter dan pembangunan berkelanjutan
Hari Keuangan Nasional menegaskan bahwa kedaulatan keuangan berarti negara punya kontrol atas kebijakan fiskal/moneter. Jika negara menggunakan posisi keuangannya secara bijaksana, maka dapat mengalokasikan dana untuk program lingkungan, konservasi, dan mitigasi perubahan iklim, yang pada gilirannya mendukung stabilitas ekonomi jangka panjang. - Kinerja lingkungan dan nilai perusahaan
Sebuah penelitian berjudul “Hubungan Kinerja Lingkungan dan Keuangan Dalam Menentukan Nilai Perusahaan di Indonesia” menunjukkan bahwa perusahaan yang mengelola dampak lingkungan lebih baik cenderung memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dan nilai perusahaan yang lebih tinggi. jurnal.stiebankbpdjateng.ac.id Ini menunjukkan bahwa aspek lingkungan bukan hanya etis atau moral, melainkan juga memiliki implikasi ekonomi nyata bagi pemangku kepentingan keuangan. - Instrumen keuangan inklusif dan lingkungan
Indonesia melalui lembaga seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) aktif dalam mendorong literasi dan inklusi keuangan. Meskipun tidak secara langsung menyebut lingkungan di peringatan literasi keuangan, sistem keuangan yang inklusif dan sehat menjadi prasyarat agar masyarakat dapat turut serta dalam program keberlanjutan — misalnya melalui tabungan hijau, investasi etis, dan partisipasi dalam ekonomi sirkular. OJK Portal+1
Pilar Strategis Pengelolaan Keuangan untuk Lingkungan
Untuk mewujudkan koneksi yang sinergis antara keuangan dan lingkungan, beberapa pilar strategis dapat digarisbawahi:
1. Kebijakan Fiskal dan Anggaran Hijau
Pemerintah perlu menyusun anggaran yang tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi juga mempertimbangkan dampak lingkungan. Misalnya, alokasi dana untuk konservasi, restorasi ekosistem, pengembangan energi terbarukan, atau program efisiensi yang mengurangi emisi. Dalam kerangka Hari Keuangan Nasional, ini sebagai bagian dari penggunaan keuangan publik yang bertanggung-jawab.
2. Instrumen Pembiayaan Hijau
Bank, lembaga keuangan, dan investor harus mengembangkan produk keuangan yang mendukung keberlanjutan: green bonds, kredit ramah lingkungan, skema pembiayaan proyek hijau, dan mekanisme pasar karbon. Dengan demikian modal dialihkan menuju pembangunan rendah karbon dan berkelanjutan.
3. Pengungkapan dan Tata Kelola (Governance) Lingkungan
Transparansi keuangan juga harus mencakup pelaporan dampak lingkungan — misalnya penerapan standar ESG (Environmental, Social, Governance). Perusahaan yang memperhatikan aspek lingkungan dan mengungkapnya secara jujur cenderung mendapatkan kepercayaan lebih dari investor dan masyarakat. Studi menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara pengelolaan lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan di Indonesia. jurnal.stiebankbpdjateng.ac.id
4. Inklusi Keuangan dan Partisipasi Masyarakat
Masyarakat yang mendapatkan akses ke layanan keuangan bisa lebih mudah menabung, berinvestasi, dan mengambil bagian dalam ekonomi hijau — misalnya melalui tabungan energi efisien, investasi mikro dalam sektor ramah lingkungan, atau partisipasi dalam program konservasi komunitas. Literasi keuangan menjadi prasyarat agar publik memahami manfaat dan risiko investasi hijau. OJK Portal+1
5. Pengelolaan Risiko dan Adaptasi
Keuangan yang baik juga harus mempertimbangkan risiko lingkungan — baik risiko fisik (bencana alam, perubahan iklim) maupun transisi (pergeseran ke ekonomi rendah karbon). Lembaga keuangan dan perusahaan harus menerapkan manajemen risiko yang mengintegrasikan faktor lingkungan untuk menjaga stabilitas keuangan nasional.
Contoh Praktis dan Tantangan
Contoh Praktis
- Sebuah perusahaan di Indonesia yang memperbaiki pengelolaan limbah dan emisi mendapat nilai PROPER yang bagus, yang pada gilirannya memperkuat reputasi dan kinerja keuangan. Ini menunjukkan bahwa investasi dalam lingkungan dapat memberikan “dividen” keuangan. jurnal.stiebankbpdjateng.ac.id
- Pemerintah daerah yang memprioritaskan anggaran untuk restorasi hutan atau program energi terbarukan membantu mengurangi beban fiskal jangka panjang akibat kerusakan lingkungan dan bencana alam.
Tantangan
- Masih banyak subsidi yang mendukung kegiatan merusak lingkungan (misalnya bahan bakar fosil, deforestasi), yang menimbulkan beban keuangan besar di masa depan.
- Kurangnya pengungkapan dan tata kelola yang baik dalam sektor keuangan dan perusahaan terkait dampak lingkungan.
- Kesenjangan literasi keuangan dan partisipasi masyarakat dalam ekonomi hijau masih tinggi — banyak masyarakat belum memahami investasi hijau atau layanan keuangan yang berkelanjutan.
- Risiko transisi: sektor keuangan tradisional dan perusahaan yang masih bergantung pada model “karbon-intensif” dapat terkena kerugian besar saat regulasi lingkungan diperketat.
Menghubungkan ke Peringatan Hari Keuangan Nasional
Peringatan Hari Keuangan Nasional dapat dijadikan momentum untuk mengingat bahwa keuangan bukan hanya soal anggaran, pajak, moneter, tetapi juga soal bagaimana kita menggunakan keuangan untuk masa depan yang lestari. Berikut beberapa gagasan aksi:
- Pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat dapat menggelar kampanye “Keuangan untuk Lingkungan” setiap 30 Oktober — mengedukasi masyarakat tentang tabungan hijau, investasi berkelanjutan, pajak karbon, dan peran publik dalam pembiayaan lingkungan.
- Sekolah dan institusi pendidikan dapat memasukkan materi “keuangan hijau” sebagai bagian dari literasi keuangan, selaras dengan peringatan ini.
- Perusahaan dan investor dapat melaporkan kontribusi mereka terhadap lingkungan dalam laporan keuangan tahunan — mengingat bahwa keberlanjutan lingkungan adalah bagian dari stabilitas dan nilai jangka panjang.
- Pihak sektor keuangan (bank, asuransi, dana pensiun) dapat merumuskan produk yang lebih banyak mengalir ke proyek-lingkungan (restorasi, energi terbarukan, efisiensi) dan mengedukasi nasabah agar memilih produk keuangan yang berkelanjutan.
Implikasi Bagi Berbagai Pemangku Kepentingan
- Pemerintah: harus mengintegrasikan kebijakan keuangan, anggaran, dan regulasi untuk mendukung keberlanjutan lingkungan — misalnya dengan pajak karbon, insentif untuk energi bersih, anggaran untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
- Lembaga Keuangan dan Perusahaan: harus menilai risiko lingkungan dalam operasi, mengembangkan produk hijau, menyeimbangkan profit dan dampak sosial-ekologis, dan melaporkan secara transparan.
- Masyarakat: dengan literasi keuangan yang memadai dapat memilih produk keuangan yang mendukung lingkungan, menjalankan gaya hidup keuangan yang ramah lingkungan (misalnya investasi etis), dan terlibat dalam komunitas pembangunan berkelanjutan.
- Akademisi & Peneliti: terus menyelidiki hubungan kausal antara keuangan dan lingkungan — seperti bagaimana pengungkapan lingkungan meningkatkan kinerja keuangan, atau dampak kebijakan fiskal hijau terhadap stabilitas ekonomi.
Penutup
Hari Keuangan Nasional (30 Oktober) memperingati aspek fundamental keuangan negara — kedaulatan, integritas, dan tanggung-jawab. Namun lebih dari itu, dalam era perubahan iklim dan tantangan lingkungan global, keuangan harus diarahkan juga untuk keberlanjutan. Keuangan dan lingkungan bukan ranah terpisah; keduanya saling mempengaruhi dan saling bergantung.
Dengan mengaitkan peringatan keuangan nasional dengan agenda lingkungan, Indonesia memiliki kesempatan untuk menegaskan bahwa pembangunan ekonomi yang kuat hanya akan berkelanjutan jika dilandasi pada pelestarian alam, manajemen keuangan yang prudent, dan kesadaran bersama bahwa masa depan bukan hanya milik generasi sekarang.
Mari kita dukung agar keuangan tidak hanya berbicara tentang angka, tetapi tentang kehidupan—tentang tanah air yang lestari bagi generasi mendatang.
Sumber
- “Tanggal 30 Oktober Hari Keuangan Nasional atau Hari Oeang Republik Indonesia” – Kompas.com. Kompas Nasional
- Tri Susilo Wahyu Aji, “Hubungan Kinerja Lingkungan dan Keuangan Dalam Menentukan Nilai Perusahaan di Indonesia” – EconBank Journal of Economics and Banking. jurnal.stiebankbpdjateng.ac.id
- Franco Ruzzenenti et al., “Interactions between financial and environmental networks in OECD countries.” (arXiv) arXiv
- “Hari Indonesia Menabung dan Puncak Bulan Literasi Keuangan 2025” – OJK. OJK Portal
- “Siaran Pers: OJK Dorong Budaya Menabung Sejak Dini … Hari Indonesia Menabung dan Bulan Literasi Keuangan 2025.” – OJK. OJK Portal

