Hari Pengurangan Bencana Alam Internasional: Pengertian dan Sejarah
Hari Pengurangan Bencana Alam Internasional adalah peringatan yang diadakan setiap tahun untuk meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya mengurangi risiko bencana dan upaya mitigasi agar manusia dan komunitas menjadi lebih tangguh menghadapi ancaman bencana.
- Peringatan ini awalnya muncul dari resolusi PBB pada tahun 1989, ketika Majelis Umum PBB menetapkan hari khusus guna mempromosikan budaya global tentang kesadaran risiko dan pengurangan bencana. The United Nations in Indonesia+3Perserikatan Bangsa-Bangsa+3advancingstates.org+3
- Awalnya, hari tersebut ditetapkan sebagai “Second Wednesday of October” (Rabu kedua bulan Oktober) melalui resolusi 44/236 tanggal 22 Desember 1989. advancingstates.org+2Wikipedia+2
- Namun sejak 2009, Majelis Umum PBB menetapkan tanggal tetap, yaitu 13 Oktober sebagai Hari Pengurangan Risiko Bencana Internasional. iddrr.undrr.org+4Wikipedia+4The United Nations in Indonesia+4
- Di Indonesia, peringatan ini dikenal sebagai Hari Internasional untuk Pengurangan Risiko Bencana dan diakui melalui portal resmi PBB Indonesia. The United Nations in Indonesia
- Dalam bahasa Indonesia, ada entri di Wikipedia yang menyebutkan bahwa hari peringatan ini merupakan bagian dari proklamasi Dekade Pengurangan Bencana Alam Internasional sejak 1990, dan bahwa resolusi selanjutnya memperkuat pengaturan hari peringatan ini secara tahunan mulai 2002 dan penetapan 13 Oktober sejak 2009. Wikipedia
Dengan demikian, Hari Pengurangan Bencana Alam Internasional telah menjadi salah satu sarana diplomasi kesadaran (awareness diplomacy) yang mendorong negara-negara, institusi lokal, dan masyarakat umum untuk aktif dalam pengurangan risiko bencana.
Tujuan dan Makna Peringatan
Mengapa dunia memperingati hari ini setiap tahunnya? Berikut beberapa tujuan dan makna pentingnya:
- Meningkatkan Kesadaran Publik
Peringatan ini berfungsi sebagai pengingat bahwa bencana (alam maupun yang dipicu aktivitas manusia) selalu hadir sebagai ancaman. Kesadaran yang meningkat dapat mendorong tindakan preventif lebih awal. Katadata+2The United Nations in Indonesia+2 - Mengedukasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan
Masyarakat perlu diberi informasi mengenai langkah-langkah mitigasi (misalnya sistem peringatan dini, evakuasi, bangunan tahan gempa) serta peran masing-masing pihak — individu, komunitas, pemerintah — dalam pengurangan risiko. undrr.org+2The United Nations in Indonesia+2 - Mendorong Tindakan Konkret dan Kebijakan
Peringatan tahunan ini menjadi momentum agar pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan sektor swasta memperkuat kebijakan mitigasi, investasi infrastruktur tahan bencana, dan kerangka kerja kesiapsiagaan bencana. - Menyoroti Isu Kerapuhan dan Ketidaksetaraan
Salah satu aspek penting adalah bagaimana bencana lebih memukul kelompok rentan (kaum miskin, penyandang disabilitas, komunitas terpencil). Peringatan ini menjadi panggung untuk menekankan bahwa pengurangan risiko harus inklusif dan adil. Katadata+3The United Nations in Indonesia+3undrr.org+3 - Menilai dan Memantau Kemajuan
Dengan adanya kerangka kerja global seperti Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015-2030, peringatan ini dapat digunakan sebagai titik evaluasi untuk melihat sejauh mana dunia — dan tiap negara — sudah berhasil mengurangi korban dan kerugian akibat bencana. INTERNATIONAL DAYS+3undrr.org+3Wikipedia+3
Tema Tahunan & Fokus Isu Terkini
Setiap tahun, PBB melalui UNDRR (United Nations Office for Disaster Risk Reduction) menetapkan tema yang relevan dengan isu bencana global saat itu.
- Untuk tahun 2024, tema yang dipilih adalah “The role of education in protecting and empowering youth for a disaster-free future” atau dalam bahasa Indonesia, “peran pendidikan dalam melindungi dan memberdayakan generasi muda untuk masa depan tanpa bencana.” press.un.org+3undrr.org+3detiknews+3
- Fokus tema ini menekankan bahwa sektor pendidikan punya peran strategis — mulai dari memasukkan materi kesiapsiagaan bencana di kurikulum sekolah, memperkuat bangunan sekolah agar tahan bencana, hingga melibatkan anak-anak dan remaja sebagai agen perubahan dalam komunitas mereka. press.un.org+2undrr.org+2
- Pesan Sekretaris Jenderal PBB dalam peringatan 2024 menyebut bahwa “kita berutang kepada generasi masa depan untuk membentuk masa depan yang lebih aman dan tangguh.” press.un.org
- UNDRR menyebutkan bahwa tema ini datang saat dunia mengkaji ulang Kerangka Sendai (midterm review), dengan kebutuhan mempercepat tindakan dan menanggapi tantangan ketidaksetaraan dalam kesiapsiagaan dan mitigasi bencana global. undrr.org+1
- Dengan memilih tema tematik, setiap tahun ada perhatian khusus pada aspek-aspek seperti ketahanan sekolah, inklusi disabilitas, infrastruktur tahan bencana, sistem peringatan dini, dan lain-lain.
Cara atau Aktivitas untuk Memperingati
Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan individu, komunitas, lembaga pemerintah, atau organisasi untuk memperingati Hari Pengurangan Bencana Alam Internasional:
- Menyelenggarakan seminar, lokakarya, atau diskusi publik mengenai pengurangan risiko bencana.
- Mengadakan simulasi kesiapsiagaan bencana (drill) di sekolah, kantor, atau pemukiman.
- Kampanye edukasi melalui media sosial, blog, video, poster agar masyarakat sadar terhadap risiko dan cara mitigasi.
- Pelibatan anak-anak dan pemuda sebagai agen perubahan, misalnya melalui proyek sekolah, karya poster atau video.
- Penerapan kebijakan dan perencanaan kota atau daerah yang mempertimbangkan aspek mitigasi risiko bencana, seperti zona rawan, jalur evakuasi, pembangunan tahan gempa.
- Kerjasama antar lembaga internasional, organisasi non-pemerintah, dan institusi lokal untuk berbagi pengetahuan & sumber daya.
- Monitoring dan evaluasi capaian pengurangan risiko bencana, serta publikasi laporan capaian di tingkat lokal dan nasional.
Tantangan & Harapan ke Depan
Beberapa tantangan yang dihadapi dalam penerapan pengurangan risiko bencana:
- Keterbatasan sumber daya (anggaran, teknologi, kapasitas SDM) di banyak negara, terutama negara berkembang.
- Kurangnya kesadaran publik dan budaya mitigasi pada masyarakat yang belum pernah terdampak langsung.
- Ketidaksetaraan akses terhadap layanan (informasi, asuransi, bantuan) yang membuat kelompok rentan lebih terpapar.
- Perubahan iklim yang menyebabkan frekuensi dan intensitas bencana meningkat, sehingga beban mitigasi juga makin besar.
- Tantangan koordinasi lintas sektor dan lintas pemerintahan (pusat, provinsi, daerah).
Namun demikian, harapannya:
- Semakin banyak negara menerapkan kebijakan yang proaktif terhadap mitigasi bencana, bukan hanya reaktif.
- Masyarakat menjadi lebih sadar dan terlibat aktif dalam mitigasi di lingkungan mereka sendiri.
- Inovasi teknologi (sensor, sistem peringatan dini, aplikasi peta risiko) bisa dimanfaatkan lebih luas.
- Keberlanjutan dan inklusivitas menjadi prinsip dasar dalam strategi pengurangan risiko, sehingga tidak ada kelompok yang tertinggal.
- Evaluasi berkala melalui kerangka Sendai dapat membantu mempercepat pencapaian target pengurangan korban dan kerugian akibat bencana global