PTALI

Hari Habitat Dunia (World Habitat Day) adalah peringatan tahunan yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk merenungkan keadaan pemukiman manusia di kota dan desa, serta menegaskan hak dasar setiap manusia atas tempat tinggal yang layak.

habitatidn.id+3Perserikatan Bangsa-Bangsa+3urbanoctober.unhabitat.org+3

Peringatan ini tidak secara khusus menyoroti habitat flora/fauna, melainkan “habitat manusia” — yaitu bagaimana manusia tinggal, bagaimana kota berkembang, bagaimana akses terhadap perumahan, infrastruktur, dan lingkungan hidup di pemukiman.

Observances.global+2urbanoctober.unhabitat.org+2

Hari Habitat Dunia diperingati setiap Senin pertama bulan Oktober. kpkt.gov.my+3urbanoctober.unhabitat.org+3UN-Habitat+3

Sejarah & Asal Usul

  • Keputusan awal penetapan Hari Habitat Dunia datang pada tahun 1985, ketika Majelis Umum PBB menetapkan bahwa Senin pertama bulan Oktober tiap tahun akan dijadikan Hari Habitat Dunia. DML+3Perserikatan Bangsa-Bangsa+3UN-Habitat+3
  • Peringatan pertama dilaksanakan pada tahun 1986 dengan tema “Shelter is My Right” (Tempat Tinggal adalah Hakku), dan kota Nairobi, Kenya menjadi tuan rumah global observance pertama. UN-Habitat+3Perserikatan Bangsa-Bangsa+3habitatidn.id+3
  • Sejak itu, setiap tahun tema dan kota tuan rumah (untuk observance global) berganti, mencerminkan tantangan pemukiman manusia, perumahan, urbanisasi, dan keberlanjutan lingkungan. DML+4habitatidn.id+4Perserikatan Bangsa-Bangsa+4
  • Di Indonesia, organisasi seperti Habitat Indonesia turut menyelenggarakan kegiatan lokal yang selaras dengan peringatan global. habitatidn.id+1

Tujuan & Makna

Peringatan Hari Habitat Dunia memiliki beberapa tujuan dan makna penting:

  1. Meningkatkan kesadaran masyarakat dan pembuat kebijakan tentang kondisi pemukiman manusia, khususnya tantangan perumahan, kota padat, sanitasi, dan infrastruktur. (Perserikatan Bangsa-Bangsa+3kpkt.gov.my+3urbanoctober.unhabitat.org+3)
  2. Menegaskan bahwa akses terhadap tempat tinggal yang layak adalah hak dasar manusia, bukan sekadar kebutuhan. (urbanoctober.unhabitat.org+3habitatidn.id+3Perserikatan Bangsa-Bangsa+3)
  3. Mengingatkan bahwa setiap orang—pemerintah, masyarakat, sektor swasta—memiliki tanggung jawab kolektif dalam merancang masa depan pemukiman manusia. (Perserikatan Bangsa-Bangsa+2UN-Habitat+2)
  4. Mendorong inovasi, kebijakan, dan solusi yang berkelanjutan, inklusif, adaptif terhadap perubahan iklim, bencana, pertumbuhan populasi, dan urbanisasi. (urbanoctober.unhabitat.org+2Perserikatan Bangsa-Bangsa+2)
  5. Memberikan penghargaan kepada praktik terbaik lewat penghargaan UN-Habitat Scroll of Honour, yang diberikan kepada proyek, organisasi, atau pihak yang menunjukkan kontribusi luar biasa dalam pemukiman manusia. (Time and Date+2Perserikatan Bangsa-Bangsa+2)

Tema & Fokus Terkini

Setiap tahun, peringatan global memilih tema khusus agar fokus lebih tajam pada isu tertentu. Berikut beberapa detail tema dan fokus terkini:

  • Untuk 2025, tema yang dipilih adalah “Urban crisis response” (respon terhadap krisis perkotaan) — yaitu bagaimana kota menghadapi berbagai krisis (iklim, konflik, migrasi, ketidaksetaraan) dan bagaimana merancang solusi yang tepat dan tangguh. Acara global 2025 akan diselenggarakan di Nairobi, Kenya, pada 6 Oktober 2025 (hari Senin pertama Oktober). UN-Habitat+3Perserikatan Bangsa-Bangsa+3UN-Habitat+3
  • Untuk 2024, Global Observance akan memakai tema “Engaging youth to create a better urban future” (Melibatkan generasi muda untuk menciptakan masa depan perkotaan yang lebih baik). webtv.un.org+2urbanoctober.unhabitat.org+2
  • Setiap tema ingin menyerukan pemikiran baru dan tindakan nyata di antara pemangku kepentingan kota dan masyarakat luas.

Cara Merayakan atau Berpartisipasi

Beberapa cara yang bisa dilakukan individu, komunitas, lembaga pemerintah, atau organisasi non-pemerintah untuk merayakan atau berkontribusi:

  • Mengadakan forum diskusi, seminar, lokakarya tentang perumahan, tata kota, infrastruktur hijau, ketahanan kota.
  • Melakukan aksi nyata di lapangan: misalnya memperbaiki kawasan pemukiman kumuh, memperbaiki sanitasi, penghijauan, renovasi rumah sederhana.
  • Melakukan kampanye media sosial untuk menyebarkan kesadaran, menggunakan hashtag yang relevan, berbagi cerita dan praktik baik.
  • Mengajukan atau mendukung proyek pembangunan atau revitalisasi permukiman yang berkelanjutan.
  • Mengakses dan mempromosikan laporan atau dokumen kebijakan UN-Habitat terkait kota berkelanjutan dan perumahan layak.

Tantangan & Permasalahan

Beberapa isu utama yang sering dibahas dalam konteks Hari Habitat Dunia:

  • Urbanisasi cepat yang terjadi terutama di negara berkembang menyebabkan pertumbuhan kota yang kurang tertata.
  • Permasalahan perumahan tidak layak atau kekurangan rumah layak huni bagi sebagian penduduk.
  • Kesenjangan sosial dan ekonomi dalam kota: kelompok miskin sering tinggal di daerah rawan bencana, akses terbatas ke pelayanan dasar.
  • Tekanan lingkungan dan perubahan iklim yang memperparah kondisi pemukiman (banjir, kekeringan, panas ekstrem).
  • Infrastruktur terbatas, terutama di daerah pinggiran kota: jalan, air bersih, sanitasi, transportasi publik.
  • Pendanaan dan kapasitas: banyak kota/kabupaten tidak memiliki sumber daya memadai untuk merancang dan melaksanakan pembangunan yang inklusif dan resilient.

Pentingnya Hari Habitat Dunia bagi Indonesia

  • Indonesia sebagai negara dengan urbanisasi cepat menghadapi tantangan besar dalam penyediaan perumahan yang layak dan infrastruktur kota yang baik.
  • Pemerintah Indonesia melalui lembaga seperti Kementerian PUPR rutin mengadakan rangkaian kegiatan terkait Hari Habitat Dunia, misalnya peluncuran peta zona iklim, pameran aksi kota, dan program pemukiman berkelanjutan. Sahabat PU+2habitatidn.id+2
  • Kegiatan peringatan bisa menjadi momentum bagi kota/kabupaten di Indonesia untuk mengevaluasi dan meningkatkan kebijakan perumahan, perencanaan kota, serta keterlibatan masyarakat dalam pembangunan kota.

Kesimpulan

Hari Habitat Dunia adalah momen penting untuk mengingatkan kita bahwa tempat tinggal yang layak bukan sekadar fasilitas fisik, tetapi hak dasar manusia dan aspek kunci dalam pembangunan berkelanjutan. Setiap tahun tema dan fokusnya relevan dengan tantangan perkotaan global, dan kita sebagai warga masyarakat punya peran untuk ikut serta—baik melalui aksi lokal maupun dukungan terhadap kebijakan yang berpihak pada keberlanjutan, keadilan, dan inklusivitas.

Safrin Heruwanto

By admin